Rahim Pengganti

Bab 51 "Pria Asing"



Bab 51 "Pria Asing"

0Bab 51     

Pria Asing     

Seorang wanita duduk di atas pasir dengan debur ombak yang terdengar sangat kencang. Matanya tertutup dengan kaca mata hitam, dress panjang berwarna Dongker terlihat cantik di tubuhnya.     

Wanita itu adalah Siska, setelah mendapatkan izin dari sang Mama untuk pergi sejenak. Siska memilih sebuah pantai di daerah Yogyakarta, tempat yang paling disukai oleh Siska untuk menyendiri. Lagi dan lagi, Siska meneteskan air mata nya mengingat pria yang begitu diri nya cintai dengan tega berselingkuh dengan sahabatnya.     

Siska sudah curiga dengan kedekatan mereka, tapi lagi dan lagi dirinya dimanfaatkan. Kejadian itu sudah satu tahun lalu namun, rasa sakit itu masih ada di dalam hati Siska. Apalagi beberapa waktu lalu, Siska bertemu dengan mantan kekasihnya itu.     

Luka lama yang belum kering, terpaksa terbuka lagi ketika tanpa sengaja keduanya bertemu. Siska sudah bersikap biasa saja, tapi sebagai seorang wanita yang masih belum bisa melupakan masa lalunya, hal itu tidak bisa terjadi.     

"Menangis lah sehingga kamu merasa lega."     

Siska masih berdiam diri, tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh orang tersebut. Wanita itu masuk tetap menatap lautan lepas dari balik kacamata hitam yang dia gunakan. Bahkan saat ini, tanpa Siska sadari sudut matanya mengeluarkan air.     

"Menangis bukan menjadi cengeng tapi menangis adalah upaya kita mengungkapkan isi hati, upaya kita mengapresiasi kan diri kita sendiri. Tidak ada yang salah ketika menangis yang salah adalah jika kita, seolah kuat namun, yang terjadi sebenarnya tidak sama sekali."     

Siska menoleh ke arah samping, menatap orang yang sejak tadi sibuk berbicara dibukannya kacamata tersebut, pandangan keduanya bertemu. Pria itu tersebut ke arah Siska.     

"Gue Nizam. Loe siapa," ucapnya sembari memberikan tangan untuk bersalaman. Tapi Siska hanya diam menatap orang tersebut, dengan tatapan yang sulit di artikan. Siska lalu kembali menatap ke arah depan, dirinya tidak peduli dengan orang tersebut.     

"Jangan menjadi kuat jika ternyata loe tidak bisa. Gue cuma mau bilang, jangan bunuh diri yaa. Kasihan air pantainya," ucap Nizam lalu beranjak dari tempatnya meninggalkan Siska seorang diri.     

"Aneh!!" gerutu Siska ketika melihat Nizam sudah berjalan menjauh dari dirinya. Siska kembali menatap ke arah lautan, yang membuat hati Siska sedikit lebih baik.     

***     

Malam harinya, Siska bergabung dengan banyak orang yang ada di villa untuk makan malam bersama. Tempat ini memiliki 10 unit villa yang luar biasa indah, setiap unit difasilitasi dengan lengkap, pengunjung bisa memilih ingin menikmati makan malam di dalam atau ikut bergabung.     

Siska memilih bergabung, dan menikmati malam dengan makan di dekat pantai. Angin pantai saat malam hari sangat dingin, Siska yang lupa membawa jaket sedikit merasa tidak nyaman.     

"Kalau makan di sini itu, harus pakai pakaian yang pas. Kalau gak loe bisa mati kedinginan di sini," ucapnya. Pria itu memakaikan jaketnya kepada Siska.     

"Apaan sih," ujar Siska dengan nada lebih tinggi. Hal itu membuat orang orang yang ada di sana menatap ke arah Siska.     

"Loe mau orang orang di sini memperhatikan kita. Kalau loe gak mau mending, loe duduk dan kita makan bersama," bisik pria itu. Siska hanya bisa menghela napasnya berat, lalu membiarkan pria asing yang tadi bertemu dengannya di pantai untuk duduk di mejanya.     

Tidak ada pembicaraan serius diantara keduanya atau lebih tepatnya, Siska hanya banyak diam dibandingkan pria itu yang sibuk berbicara banyak hal, bahkan saat ini Siska rasanya sudah sangat risih berada di sana.     

"Mau kemana?" tanya Nizam. Siska tidak menjawab, wanita itu berjalan meninggalkan tempatnya. Tanpa Siska sadari jika Nizam juga mengikutinya dari belakang.     

Hingga akhirnya Nizam berhenti cukup jauh saat melihat Siska sudah masuk ke dalam villanya.     

"Gue bakalan bikin hati loe sembuh Ka. Biarlah loe gak kenal gue yang pasti gue, gak akan pernah pergi lagi," batinnya.     

Nizam pun pergi dari tempat itu, menuju ke sebuah villa yang tak jauh dari villa yang di sewa oleh Tante Elsa.     

***     

Pagi harinya dengan senyum yang begitu indah mengembang di wajah milik Siska. Wanita itu sudah bersiap untuk bisa pergi, jalan jalan pagi ini. Dengan sepatu sport andalannya, Siska segera menutup pintu villanya.     

Namun, ketika Siska berbalik wanita itu dikagetkan dengan sosok Nizam yang ada di belakang sana.     

"Loe pengen buat gue mati hah?" bentak Siska. Sedangkan, Nizam hanya menatap Siska dengan senyum manisnya yang begitu menawan. Kesal dengan Nizam yang tidak mau menjawab ucapan dirinya Siska segera pergi dari tempat tersebut. Namun, baru beberapa langkah Nizam menarik tangan Siska hingga keduanya saling berpelukan.     

Keduanya saling menatap satu dengan lainnya, sebuah getaran berbeda dirasakan oleh Nizam. Cukup lama keduanya dalam posisi seperti ini, hingga akhirnya Siska berontak dan meminta Nizam untuk melepaskan dirinya.     

"Lepas," ucap Siska dingin. Mendapatkan perlakuan seperti itu membuat, Nizam melepaskan Siska.     

"Loe siapa sih. Dari tadi ganggu gue aja, jangan sok kenal sama gue."     

Setelah mengatakan hal itu, Siska pergi dari tempat tersebut dengan perasaan kesal dan malu, apa lagi ada beberapa orang yang menatap ke arah mereka berdua ketika Siska tidak sengaja memeluk Nizam. Sedangkan Nizam, hanya tersenyum tipis melihat kepergian Siska dengan wajah cemberut.     

***     

Sudah dua hari, Siska di sini dan semalam itu juga selalu ada saja kejahilan Nizam yang membuat Siska kesal. Seperti apa ini, Siska yang sengaja menyewa sepeda untuk berkeliling di pantai harus batal karena Nizam memaksanya untuk ikut dengan dirinya.     

Menolak sudah pasti terjadi, tapi Nizam tetap memaksa membuat Siska entah kenapa jadi pasrah mengikuti pria asing tersebut.     

"Kita mau ke mana?" tanya Siska. Setelah cukup lama berdiam diri, akhirnya wanita itu membuka suaranya.     

"Gue kira loe gak mau ngomong. Tapi ternyata akhirnya ngomong juga," ledek Nizam. Mendapatkan ledekan seperti itu, membuat Siska berdecak dengan kesal sedangkan Nizam tertawa bahagia melihat raut wajah kesal milik Siska.     

"Kita sarapan di alun alun aja. Makan gudeg, gue punya rekomendasi tempat makan gudeg paling enak," jawabnya. Siska hanya diam, wanita itu hanya fokus dengan handphone nya sesekali ia tersenyum. Melihat senyum tersebut membuat Nizam menghangat walaupun senyuman itu bukan untuknya.     

Lima belas menit keduanya sudah sampai disebuah rumah makan, yang sangat ramai. Nizam dengan beraninya menggandeng tangan Siska. Melihat hal itu membuat Siska kesal dan mencoba melepaskan namun, gandengan tersebut sangat kuat sehingga tidak bisa dilepaskan oleh Siska.     

"Bude, gudegnya dua pedasnya sedang aja," ujar Nizam.     

"Mas Nizam, bawa pacar cie. Akhirnya ya," ledeknya.     

Nizam hanya tersenyum sedangkan Siska sudah memasang wajahnya kesal, dengan sikap Nizam apalagi pria itu seolah mengatakan 'iya' kalau dirinya adalah pacaranya.     

###     

Halo. Selamat membaca, love you guys. Sehat terus buat kalian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.